Hetalia: Axis Powers - Ukraine

Minggu, 09 Februari 2014

tayamum dan wuduk



BAB  II
PEMBAHASAN
PENGGUNAAN MEDIA PADA MATERI FIQIH TAYAMUN DAN BERWUDUK
A.      Pengertian Tayamum
         Tayamum adalah sengaja bersuci dengan cara menyentuhkan/mengusap telapak tangan ke tanah kemudian menyapunya ke seluruh muka dan kedua tangan sampai siku.[1]
Tayamum ini disyariatkan pada tahun keenam setelah Hijrah Nabi saw,ke Madinah.Tayamun merupakan.Tayamun juga merupakan pengganti dari bersuci dari hadas karena beberapa sebab:
1.      Karena sakit
2.      Karena dalam perjalanan
3.      Karena tidak ada air
Firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 6 :
bÎ)ur NçGYä. #ÓyÌó£D ÷rr& 4n?tã @xÿy ÷rr& uä!%y` Ótnr& Nä3YÏiB z`ÏiB ÅÝͬ!$tóø9$# ÷rr& ãMçGó¡yJ»s9 uä!$|¡ÏiY9$# öNn=sù (#rßÅgrB [ä!$tB (#qßJ£JutFsù #YÏè|¹ $Y6ÍhŠsÛ (#qßs|¡øB$$sù öNà6Ïdqã_âqÎ/ Nä3ƒÏ÷ƒr&ur çm÷YÏiB 4……  
 :artinya dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. (QS. Al-Maidah: 6)
a.      Syarat tayamum
·         Sudah masuk waktu salat.
·         Sudah diusahakan mencari air,tetapi tidak dapat,sedangkan waktu sudah masuk.
·         Dengan tanah yang suci dan berdebu.
·         Menghilangkan najis.
b.      Fardhu (Rukun)Tayamum
Ada beberapa fardhu atau rukun tayamun yang harus dikerjakan agar menjadi sah,di antaranya adalah:
a.      Niat
b.      Mengusap muka dengan tanah
c.       Mengusap kedua tangan sampai ke siku dengan tanah
d.      Menertibkan rukun-rukun
c.       Beberapa masalah yang bersangkutan dengan tayamum
1.      Orang yang tayamum karena tidak ada air,tidak wajib mengulangi salatnya apabila mendapat air.
2.      Satu kali tayamum boleh dipakai untuk beberapa kali salat,baik salat fardu ataupaun salat sunmat.
3.      Boleh tayamum apabila luka atau karena hari sangat dingin,sebab luka iitu termasuk dalam pengertian sakit.
d.      Sunat-Sunat Tayamum
Ada beberapa perbuatan yang disunatkan dalam menyertai tayamum di antaranya ialah:
a.      Membaca masalah.
b.      Mengembus tanah dari dua tapak tangan supaya tanah yang di atas tangan itu menjadi tipis.
e.      Hal-Hal Yang Membatalkan Tayamum
a.      Tiap-tiap hal yang membatalkan wudu juga membatalkan tayamum.
b.      Ada air, hal ini di terangkan dalam sebuah hadist:



Dari Abu Zar.Rasulullah Saw.telah berkata,”Tanah itu cukup bagimu untuk bersuci walau engkau tidak mendapat air sampai sepuluh tahun.Tetapi apabila engkau memperoleh air,hendaklah engkau sentuhkan air itu ke kulitmu.”(Riwayat Tarmisi)
B.      WUDHU
         Wudhu adalah bersuci dari hadas kecil dengan menggunakan air. [2]Perintah wajib wudu bersamaan dengan perintah wajib salat lima waktu ,yaitu kira-kira setengah tahun sebelum Rasulullah saw.dan para sahabatnya hijrah ke Madinah.
Firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 6 :
$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä #sŒÎ) óOçFôJè% n<Î) Ío4qn=¢Á9$# (#qè=Å¡øî$$sù öNä3ydqã_ãr öNä3tƒÏ÷ƒr&ur n<Î) È,Ïù#tyJø9$# (#qßs|¡øB$#ur öNä3ÅrâäãÎ/ öNà6n=ã_ör&ur n<Î) Èû÷üt6÷ès3ø9$  ......

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.

a.    Syarat-Syarat Wudhu
Syarat-Syarat wudhu ada 5 hal yang harus di penuhi,di antaranya ialah:[3]
a.      Seseorang haruslah islam
b.      Berakal sehat dan baligh (Mumayyis)
c.       Tidak berhadas besar
d.      Dengan air yang suci dan mensucikan
e.      Tidak ada yang menghalangi sampai airnya ke kulit,seperti getah dan sebagainya yang melekat di atas kulit anggota wudhu..
b.    Fardhu (Rukun) Wudhu
Fardhu atau rukun Wudhu yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:
a.      Niat.Hendaklah berniat (menyengaja)menghilangkan hadas atau menyengaja berwudu.
Sabda Rasulullah Saw;

“Sesungguhnya segala amal itu hendaklah dengan niat.”(Riwayat Bukhari dan Muslim)
b.      Membasuh muka
c.       Membasuh dua tangan sampai ke siku
d.      Menyapu sebagian kepala
e.      Membasuh dua telapak kaki sampai kedua mata kaki
f.        Melakukan dengan tertib

c.    Sunat-Sunat Wudhu
Sunat-Sunat wudhu ialah amalan di luar ayarat rukunnya wudhu.Artinya,jika di tinggalkan tidak mengurangi hal yang wajib,Wudhunya tetap sah.Namun jika kita lakukan ,maka akan mendapatkan pahala atau keutamaan.
sunat-sunat wudhu adalah meliputi beberapa perkara berikut ini:
a.      Membaca “basmallah” pada permulaan wudhu
b.      Membasuh dua telapak tangan sampai pergelangan,dilakukan sebelum berkumur-kumur
c.       Berkumur-kumur
d.      memasukkan air ke hidung
e.      Menyapu seluruh kepala
f.        Mengusap kedua telinga luar dalam
g.      Menyilang-nyilangkan jari-jari dari kedua tangan
h.      Mendahulukan anggota yang kanan dari yang kiri, seperti pada tangan dan kaki. karena wudhu termasuk perbuatan yang mulia.
i.        Membasuh setiap anggota wudhu tiga kali.
j.        Berturut-turut antara anggota.
k.       Jangan meminta pertolongan kepada orang lain kecuali jika terpaksa karena berhalangan,misalnya sakit.
l.        Tidak diseka kecuali apabila ada hajat,umpamanya sangat dingin.
m.    Menggosok anggota wudhu agar menjadi lebih bersih.
n.      Menjaga supaya percikan air itu jangan kembali badan.
o.      Jangan bercakap-cakap sewaktu berwudhu,kecuali ada hajat.
p.      Memakai siwak,kecuali setelah dzuhur bagi yang berpuasa.
q.      Menghadapi kiblat ketika berwudhu.
r.       Membaca dua kalimat syahadat dan berdoa dengan doa sesudah selesai melaksanakan wudhu.

d.    Hal-Hal Yang Membatalkan Wudhu
Hal-hal yang membatalkan wudhu adalah sebagai berikut:
1.      Keluar sesuatu dari dua pintu atau dari salah satunya,baik berupa zat ataupun angin,yang biasa ataupun tidak biasa ,seperti darah baik yang keluar itu najis ataupun suci,seperti ulat. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 43:
÷rr& uä!$y_ Ótnr& Nä3YÏiB z`ÏiB ÅÝͬ!$tóø9$# …..
Artinya atau datang dari tempat buang air
2.      Hilang akal.karena mabuk atau gila.
3.      Bersentuhan kulit laki-laki dengan. dubur dengan telapak tangan.

e.    Berwudhu Dengan Hanya Mengusap Sepatu
         Diperbolehkan seseorang berwudhu dengan hanya menngusap permukaan sepatunya dengan air sebagai ganti menyapu kulit kaki.Hal ini jika ia memakai sepatu secara terus-menerus.Cara-cara yang di lakukan adalah sebagai berikut:
a.      Hendaknya sepasang sepatu itu dipakai setelah ia bersuci secara sempurna.
b.      Sepasang sepatu itu hendaknya sepatu yang menutupi bagian kaki yang wajib dibasuh.
c.       Sepasang sepatu yang dikenakan itu kuat,bisa di pakai untuk berjalan jauh dan terbuat dari bahan yang suci.

f.     Hal-hal yang membatalkan wudhu dalam keadaan bersepatu:
a.      Habis masa berlakunya
b.      Junub (berhadas besar)
c.       Membuaka salah satu atau kedua sepatu yang di kenakan,baik secara sengaja atau tidak.
















BAB III
PENUTUP
a.      Kesimpulan
         Tayamum ialah mengusapkan tanah ke muka dan kedua tangan sampai siku dan beberapa syarat.  Syarat tayamum sebagai berikut:
1.      Sudah masuk waktu shalat
2.      Sudah diusahakan mencari air
3.      Dengan tanah yang suci dan berdebu
4.      Menghilangkan najis
   Wudhu adalah bersuci dari hadas kecil dengan menggunakan air
     Syarat-Syarat wudhu ada 5 hal yang harus di penuhi,di antaranya ialah:
a.      Seseorang haruslah islam
b.      Berakal sehat dan baligh (Mumayyis)
c.       Tidak berhadas besar
d.      Dengan air yang suci dan mensucikan
e.      Tidak ada yang menghalangi sampai airnya ke kulit,seperti getah dan sebagainya yang melekat di atas kulit anggota wudhu
b.      Saran
       Demikianlah makalah ini penulis buat,dalam makalah ini masih banyak kekurangan,oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran demi kesempurnaan makalah ini untuk masa-masa yang akan dating.









DAFTAR PUSTAKA
Rasjid, Sulaiman , Fiqih islam Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010
Al Qalami, Abu fajar dkk, Tuntunan Jalan Lurus dan Benar, Gita media press,2004


[1]Abu fajar Al Qalami dkk, Tuntunan Jalan Lurus dan Benar, (Gita media press,2004) hlm. 49-52

[2] Ibid, hlm 38
[3] Sulaiman Rasjid , Fiqih islam (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010) hlm.24